Siapakah Taki 183 ??




         Taki adalah manusia ajaib pembawa coretan jalanan, yang awal mulanya tidak diperhitungkan dalam dunia seni menjadi graffiti yang kita kenal sekarang. Nama aslinya adalah Demetrius. Sehari-hari ia bekerja sebagai pembawa paket di New York City. Taki mempunyai kebiasaan unik, ia kerap menuliskan namanya di jalan, tembok, ataupun tempat lain di New York. Itu dilakukannya pada akhir tahun 1960-an sampai awal 1970-an.
Dia sering menuliskan “Taki 183” di manapun ia berada dengan menggunakan aerosol. Taki adalah nama kecil yang diambilnya dari  bahasa Yunani Demetaki yang berarti namanya sendiri Demetrius, dan angka 183 diambil dari jalan bernomor 183 di Washington Height, dimana ia tinggal.

Karena coretannya tersebut, orang di seluruh kota mengenal Taki. Pada tanggal 21 Juli 1971, The New York Times memuat artikel tentang Taki di halaman depan, dengan judul “Taki 183′ Spawns Pen Pals“. Dari situlah, kepopuleran Taki diikuti oleh anak-anak dan remaja di seluruh kota New York. Mereka tertarik karena ternyata kepopuleran bisa diperoleh dengan hanya menuliskan identitas pada bus atau kereta yang melewati seluruh kota. Semakin banyak nama atau identitas seorang anak ditulis, maka ia akan semakin populer.

Namun sering kali orang merasa risih ketika melihat coretan atau gambar yang ada di kolong jembatan atau halte bus. Coretan-coretan tersebut tidak sekedar coretan biasa, tapi mempunyai nama tersendiri yaitu “graffiti“. Istilah graffiti berasal dari bahasa Latin graphium yang berarti menulis. Menulis di sini dalam artian seni rupa adalah tulisan yang menerapkan komposisi, warna, garis, bentuk, dan volume untuk menuliskan kalimat tertentu di atas dinding. Alat yang digunakan biasanya berupa cat semprot kaleng/pilox/aerosol.
Membuat graffiti bukanlah hal yang mudah, karena seseorang harus kritis memikirkan konsep tulisan yang harus dibuatnya pada sebuah properti yang besar. Tentunya dengan keunikan tulisan, background, warna yang cocok, dsb. Untuk mencapai nilai estetik tersebut, seseorang harus mempunyai teknik khusus yang tidak semua orang bisa melakukan-nya.
Graffiti menjadi kontroversial di kalangan publik, termasuk di Indonesia. Ada sebagian kalangan yang menganggap graffiti merupakan karya seni yang memiliki nilai estetika yang tinggi, ada juga yang menganggap graffiti hanyalah sampah visual yang mengganggu keindahan dan mengotori tata ruang kota. Bahkan graffiti dianggap termasuk tindakan kriminal dan banyak kelompok graffiti artist (biasanya disebut bomber) berurusan dengan pihak berwenang dalam menjalankan aksinya.

Padahal graffiti adalah bentuk seni yang nyata. Bedanya graffiti lebih terfokus pada susunan tulisan yang umumnya dibuat di ruang publik. Namun jika graffiti ini dilakukan tanpa seizin pemilik tempat, perbuatan ini dapat dikategorikan sebagai tindakan vandalisme. Vandalisme adalah tindakan yang bisa diartikan sebagai tindakan merusak properti orang lain. Tetapi banyak juga yang berpendapat bahwa graffiti di dinding jalan menjadi lebih baik daripada jika dinding tersebut kotor, tidak terawat, ataupun penuh dengan tempelan flyers dan brosur yang tidak penting.
Dalam tujuan-nya, graffiti dapat dibagi menjadi dua jenis antara lain “Graffiti gank”, yang berfungsi sebagai identifikasi daerah kekuasaan lewat tulisan nama, gank, anggota, ataupun tulisan tentang hal intern yang terjadi dalam kelompok tersebut. Selain itu, ada juga “Graffiti Tagging”, yang sering digunakan bermaksud untuk ketenaran seseorang atau kelompok. Semakin banyak graffiti jenis ini dibuat, maka nama sang pembuat akan semakin dikenal. Karena itu graffiti tagging biasanya memerlukan tanda tangan dari sang pembuat.
Taki terakhir dikenal sebagai pemilik bengkel mobil asing. Dalam wawancaranya dengan New York Daily News tanggal 9 April 1989, ia bicara tentang pensiun sebagai seorang penulis grafiti, “Begitu aku masuk ke sesuatu yang lebih produktif dalam hidupku, aku akan berhenti dari dunia yang mengasyikan itu. Pada akhirnya aku akan masuk ke dunia bisnis, menikah , membeli rumah dan mempunyai anak”.

Pada bulan Mei 2009, website resmi Taki 183 diluncurkan. Situs ini memuat foto-foto karyanya, gambar dari teman seperjuangan, dan kisah nyata tentang perjalanan berkesenian-nya. Graffiti kini menjadi jalan bagi anak-anak muda untuk berkomunikasi dan mengekspresikan diri. Tanpa “Taki 183″ dan pengakuan media, mungkin graffiti tidak akan ada sampai saat ini.
"Taki 183, menjadi tokoh legenda yang berpengaruh besar untuk kemajuan graffiti hingga kini. Graffiti bukan lagi sampah visual, melainkan seni dan media ekspressi yang nyata!"

Sumber : 
http://biolakayu.blogspot.com/

Comments

Popular Posts